
“Sekilas, bagi warga di luar wilayah Sentani, Jayapura, Papua, batu berwarna hitam dengan panjang 10-30 cm itu tidak terlihat istimewa. Memang permukaannya mengilap karena sudah dipoles dengan sangat hati-hati. Ini yang menjadi daya tarik utamanya. Setelah dilihat lebih dekat, bentuknya hampir mirip seperti cangkang kerang hijau.Dari zaman prasejarah hingga abad ke-20, konon batu yang disebut kapak batu atau orang Sentani menyebutnya dengan tamako batu ini digunakan sebagai alat potong dan sebagai alat mempertahankan diri dari serangan musuh. Kalau memang benar, mungkin seiring dengan berubahnya zaman tomako batu dipoles tanpa memiliki permukaan yang tajam saat ini.Dalam salah satu cerita rakyat Papua, tamako batu juga menjadi salah satu simbol seorang nenek yang menjadi ratu dan berkuasa atas daerah di sekitar Demta (yang sekarang menjadi Kecamatan Demta). Nenek tersebut bernama Sumda dan dijuluki ‘’nenek raksasa’’ karena memiliki kekuatan besar yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya” (Dini N.Yasyi).
______________________
Di Sentani, Tidak Ada Mahar Tamako Batu Maka Tidak Ada Pernikahan. Titik!

‘Tomaku Batu Rela, bagi orang sentani merupakan alat pertukaran resmi yang di gunakan dalam setiap proses pembayaran maskawin di kalangan suku Sentani bhuyaka, sehingga dalam prosesnya ada sistem timbal balik yang di pakai secara turun temurun”

“Suku Sentani dan Suku Ormuwari termasuk dua suku pendukung kapak batu yang masih aktif sampai sekarang sebagai mas kawin(bride price) dan gift(pemberian) yang berharga dalam kehidupan sosial masyarakatnya” (jubi).



Leave a Reply